Algoritma Dijkstra

Friday, June 20, 2014 | | 1 comments

Sekilas Tentang Algoritma Dijkstra

Pada tahun 1959 sebuah tulisan sepanjang tiga halaman yang berjudul A Note on Two Problems in Connexion with Graphs diterbitkan pada jurnal  Numerische Mathematik. Pada tulisan ini, Edsger W. Dijkstra adalah seorang ilmuwan komputer berumur dua puluh sembilan tahun mengusulkan algoritma-algoritma untuk solusi dari dua masalah teoritis graf dasar : the minimum weight. Algoritma Dijkstra untuk masalah jalan terpendek adalah satu dari algoritma-algoritma paling ternama pada ilmu komputer dan sebuah algoritma paling popular pada oparasi pencarian. Implementasi algoritma dijkstra pada ilmu komputer antara lain adalah pada link-state routing protocol, OSPF dan IS-IS.
Pada literatur tersebut, algoritma ini sering digambarkan sebagai sebuah algoritma yang rakus / tamak. Contohnya, buku Algorithmics (Brassard and Bratley [1988, pp. 87-92] )mengulas ini pada bab tersebut dengan judul Greedy Algorithms. Encyclopedia of Operations Research and Management Science (Gass and Harris [1996, pp. 166-167]) menggambarkan algoritma ini sebagai sebuah "node labelling greedy algorithm " dan sebuah algoritma yang tamak digambarkan sebagai "a heuristic algorithm that at every step selects the best choice available at that step without regard to future consequences " (Gass and Harris [1996, p. 264]).

Definisi Algoritma Dijkstra

Pada dasarnya, algoritma ini merupakan salah satu bentuk algoritma greedy. Algoritma ini termasuk algoritma pencarian graf yang digunakan untuk menyelesaikan masalah lintasan terpendek dengan satu sumber pada sebuah graf yang tidak memiliki cost sisi negatif, dan menghasilkan sebuah pohon lintasan terpendek. Algoritma ini sering digunakan pada routing.
Algoritma dijkstra mencari lintasan terpendek dalam sejumlah langkah. Algoritma ini menggunakan strategi greedy sebagai berikut :
Untuk setiap simpul sumber(source) dalam graf, algortima ini akan mencari jalur dengan cost minimum antara simpul tersebut dengan simpul lainnya. Algoritma juga dapat digunakan untuk mencari total biaya (cost) dari lintasan terpendek yang dibentuk dari sebuah simpul ke sebuah simpul tujuan. Sebagai contoh, bila simpul pada graf merepresentasikan kota dan bobot sisi merepresentasikan jarak antara 2 kota yang mengapitnya, maka algoritma dijkstra dapat digunakan untuk mencari rute terpendek antara sebuah kota dengan kota lainnya.
READ MORE - Algoritma Dijkstra

Smartfren Pindah Frekuensi ke 2,3 GHz

Saturday, June 7, 2014 | | 1 comments

Nasib Smartfren di frekuensi 1.900 MHz akan segera diputuskan Kementerian Kominfo. Operator seluler CDMA itu dalam waktu dekat harus siap-siap pindah agar tender 3G di 2,1 GHz bisa segera digelar.

“Tahun ini harus ada keputusan soal Smart Telecom. Kita harapkan dalam dua bulan ini sudah bisa ada keputusan. Soalnya di kuartal keempat itu kita akan gelar tender blok 3G yang ditarik dari XL dan Axis,” kata Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika Kementerian Komunikasi Muhammad Budi Setiawan di sela Indonesia Cellular Show 2014 di Jakarta.

Menurutnya, Smart rencananya akan dipindahkan ke frekeunsi 2,3 GHz agar blok 3G yang akan dilelang pemerintah bersih dari interferensi sinyal CDMA milik Smart Telecom.

“Nanti akan dikeluarkan Keputusan Menteri (KM) soal Smart Telecom ini. Mereka akan tetap memiliki lisensi seluler nasional dan kepemilikan frekuensinya kita berikan ideal agar bisa kompetitif. Sepertinya di bawah 30 Mhz nanti,” jelasnya.

Menurutnya, pindahnya Smart Telecom ke 2,3 GHz tak akan menganggu pemain eksisting di frekuensi itu karena para pemain Broadband Wireless Access (BWA) sudah lebih dulu menempati dan menggelar teknologi netral.

“Smart Telecom itu nanti ada masa transisi dua tahun, jadi secara waktu pemain lama bisa berbuat banyak,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur & CTO Smartfren Merza Fachys mengaku tak bisa berbuat banyak jika memang akan dikeluarkan keputusan menteri terkait nasib Smart Telecom di 1.900 Mhz.
"Kalau memang seperti itu, masa kita menolak. Kita kan sudah siapkan kajian juga antisipasi soal migrasi ini," katanya.

Merza mengingatkan, Smart Telecom tetap membutuhkan alokasi frekuensi minimal 30 Mhz jika dipindahkan ke 2,3GHz agar bisa melayani pelanggan setara dengan jangkauan yang ada sekarang.

:Kita akan gelar TDD Long Term Evolution (TDD LTE) dimana frekuensi itu dilihat satu blok 10 MHz. Kalau diberikan 20 MHz, itu terlalu kecil," jelasnya.

Lebih lanjut Merza mengatakan, migrasi ini hanya berlaku untuk Smart Telecom, bukan Mobile-8 yang berada di 850 MHz.

"Kami (Smart Telecom dan Mobile-8) masih dua entitas berbeda. Jadi, tak benar nanti di 2,3 GHz hanya untuk data, itu juga akan digunakan untuk suara dan SMS," tegasnya.
READ MORE - Smartfren Pindah Frekuensi ke 2,3 GHz

Silahkan masukkan link anda di sini,, dan jangan lupa pasang link balik